Sabtu, 04 Desember 2010

ASMA


DEFINISI, ETIOLOGI SERTA TANDA DAN GEJALA KLINIS ASMA

DEFINISI

Asma adalah suatu penyakit inflamasi kronik pada saluran pernapasan yang ditandai dengan :

  • · obstruksi saluran pernapasan reversibel baik spontan atau pengobatan
  • · inflamasi jalan napas
  • · hiperesponsivitas terhadap berbagai stimulus.

ETIOLOGI


Ada beberapa hal yang merupakan Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial :

  1. Faktor Predisposisi
  • Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.


2. Faktor
Presipitasi
  • Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut

ex: makanan dan obat-obatan

3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

  • Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

  • Stress

Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

  • Lingkungan

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

  • Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.

TANDA
* Batuk atau "bronkitis" dengan
keadaan udara dingin.
* Batuk (terutama pada malam hari) yang tetap hidup selama berminggu-minggu.
* Sesak nafas atau mengi dengan olahraga atau paparan alergen.
* Malam waktu
bangun dengan batuk atau sesak napas.

GEJALA

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala.

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan gejala :

  • Nafas yang berbunyi (mengi, bengek)
  • Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya
  • Batuk
  • Sesak nafas.

Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.

Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

  • Tingkat I :

· Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru

· Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.

  • Tingkat II :

· Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

  • Tingkat III :

· Tanpa keluhan.

· Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.


  • Tingkat IV :

· Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

· Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

  • Tingkat V :

· Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.

· Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.

Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :

Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.


PATOFISIOLOGI ASMA

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK, SERTA PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA PENDERITA ASMA

A. Anamnesis

Pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.

Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama. Pendekatan logis yang sistematik disusun sebagai berikut dan memastikan dilakukannya penyelidikan yang menyeluruh dan lengkap.

A. Pemeriksaan Fisik

Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma, penemuan tanda pada pemeriksaan fisis pasien asam, tergantung dari derajat obstruksi saluran napas. Ekspirasi memanjang, mengi, hiperinflasi dada, pernapasan cepat sampai sianosis dapat dijumpai pada pasien asma.

Berguna juga untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, dan untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma :

· Sistim Pernapasan

o Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.

o Frekuensi pernapasan meningkat

o Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi

o Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.

o Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.

Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:

ü Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.

ü Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.

ü Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.

A. Pemeriksaan Penunjang

  • Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi asma ringan umumnya normal, tetapi pada asma berat dapat dijumpai bermacam–macam gambaran radiologi yang disebabkan oleh komplikasi seperti atelektasis, pneumotoraks, dan pneumonia. Pada asma yang disertai obtruksi berat, didapatkan gambaran radiologi hyperlucent, dengan pelebaran sela antar iga, diafragma letak rendah, penumpukan udara di daerah refrosternal tetapi jantung masih dalam batas normal.

  • Pemeriksaan Laboratorium

· Dahak

Dahak atau sputum mukoid bewarna jernih, terdiri dari mukopolisakarida dan serabut glikoprotein, bila disebabkan alergi murni, umumnya dahak sukar dikeluarkan saat batuk. Dahak yang sangat kental sering kali menyebabkan penyumbatan yang di sebut airways plugging. Dahak purulen bewarna kuning atau kuning kehijauan, umumnya berjumlah banyak, dengan konsistensi kenyal atau lunak, berasal dari jaringan epitel yang mengalami kerusakan (nekrotik) bercampur dengan sel – sel radang bakteri. Pada pemeriksaan mikroskopis, tampak gambaran spiral Churschmann, badan Creola dan Kristal Charcot– Leyden serta 90% daha mengandung sel eosinofil.

· Pemeriksaan darah

Pada penderita yang mengalami stress, dehidrasi dan infeksi, lekosit dapat meningkat (15.000/mm3) sedangkan eosinofil meningkat diatas harga normal (normal 250 /mm3). Pada asma tipe alergi, eosinofil dapat meningkat 800 – 1000/ mm3. Kalau peningkatan eosinofil ini melebihi 1000/ mm3, missal sampai 4000/ mm3, ada kemungkinan peningkatan ini disebabkan infeksi. Bla eosinofil tetap tinggi setelah diberi kortikosteroid, maka asma tipe ini disebut steroid resistant bronchial asthma.

· Uji Kulit

Tes kulit alergi bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui adanya antibody IgE yang spesifik pada kulit, yang secara tidak langsung menggambarkan adanya antibody yang serupa pada saluran napas penderita asma. Tes ini hanya menyokong anamnesis, karena alergen yang menunjukkan tes kulit positif tidak selalu merupakan pencetus serangan asma, demikian pula sebaliknya.

· Pemeriksaan Spirometri

Spirometri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur faal ventilasi paru. Pemeriksaan ini untuk menegakkan diagnostik dan penilaian beratnya asma maupun pengelolaan dan penilaian keberhasilan pengobatan.

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC (Forced Vital Capacity Volume) sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

PENGOBATAN ASMA


Penilaian awal untuk kebutuhan akan saluran napas emergensi dan adekuasi pernapasan harus dilakukan secara tepat,cepat, karena menentukan tata laksana awal. Pengobatan asma ditujukan untuk menghilangkan bronkospasme dan mengurangi edema bronkiolus.

Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :

a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas

b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.

c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan penyakit.


Evaluasi

a. Jalan nafas kembali efektif.

b. Pola nafas kembali efektif.

c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.


PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI ASMA

PROGNOSIS

Prognosis untuk asma yang baik, terutama untuk anak-anak dengan penyakit ringan didiagnosis selama masa kanak-kanak, 54% kasus akan tidak lagi membawa diagnosis setelah satu dekade. Luasnya paru kerusakan permanen pada orang dengan asma tidak jelas. Asma adalah penyakit kronis yang membutuhkan terapi pemeliharaan. Faktor resiko kematian akibat asma adalah kepatuhan terhadap terapi yang buruk, perawatan di unit terapi intensif dan perawatan di rumah sakit walaupun diberi terapi steroid.

KOMPLIKASI

  • Pneumothoraks
  • Pneomodiastinum dan emfisema subkutis
  • Atelektasis
  • Status Asmatikus
  • Bronkopulmoner alergik
  • Gagal napas
  • Bronchitis